TEORI ASAM-BASA
1. Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius pada
tahun 1903 :
ASAM adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen
(atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi ion hidronium (H3O+).
Contoh : HCl, HBr
BASA adalah zat yang dalam air dapat
menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion
hidroksida.
Contoh : NaOH, KOH
Konsep asam basa Arrhenius
terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan pada larutan
non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.
2.
Teori BrΦnsted dan Lowry
Di
tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan
teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada
zat lain
basa : zat yang dapat menerima proton (H+)
dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3
dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat.
Hidrogen khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik
sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan
berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima
proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai
basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk
ketika satu proton pindah dari asam tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk
ketika satu proton ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah
sebuah proton, dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti
ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai
pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2–
bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O,
yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya
membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan
sebagai asam atau basa. Air adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air
menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida
adalah contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
B. Kekuatan Asam dan Basa
Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan
bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion
H+ makin asam larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil,
sehingga untuk menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama
Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH
sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika
diungkapkan dengan persamaan :
1. Derajat keasaman (pH)
Untuk air murni pada
temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] =
10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = –
log 10-7 = 7.
Jika pH = 7,
maka larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka
larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka
larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar :
pKw = pH + pOH = 14
2. Asam Kuat
Disebut asam kuat karena
zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk menyatakan
derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya
dengan melihat valensinya.
3. Asam Lemah
Disebut asam lemah karena
zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya
derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya
(seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan
menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :
di mana, Ca =
konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan
ionisasi asam lemah
4. Basa Kuat
Disebut basa kuat karena
zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan
derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari
konsentrasi basanya.
5. Basa lemah
Disebut basa lemah
karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1).
Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung
dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus
dihitung dengan menggunakan rumus :
di mana, Cb =
konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan
ionisasi basa lemah
C. Asam dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan
Asam mempunyai
rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa jenis makanan
seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan beberapa
produk seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu (Gambar 13).
Sebaliknya, basa mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan digunakan
untuk menguji adanya asam dan basa, karena beberapa asam dan basa dapat
mengakibatkan luka bakar dan merusak jaringan.
Seperti halnya
rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji basa, meskipun kita
telah terbiasa dengan sentuhan sabun
saat mandi atau mencuci. Basa (seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan
protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian. Reaksi
ini merupakan bagian dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama
halnya dengan proses pembersihan dari produk pembersih saluran.
D. Asam
dan Basa dalam Kehidupan
Beberapa Asam
dan Basa Yang Telah Dikenal
Asam merupakan
kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting dalam
industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida. Asam
sulfat (H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai oli.
Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan minyak, pabrik
baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk pembuatan asam lainnya.
Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan
deterjen. Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan
masalah pencemaran di danau-danau dan aliran sungai.
Asam nitrat
(HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam nitrat
pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada
kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang
dilarutkan dalam air. Asap HCl dan ion-ionnya yang terbentuk dalam
larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh manusia.
Dalam keadaan
murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah tangga yang
mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang digunakan
secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut
soda kaustik suatu basa yang berupa tepung kristal putih yang mudah larut
dalam air. Basa yang paling banyak digunakan adalah amoniak. Amoniak merupakan
gas tidak berwarna dengan bau yang sangat menyengat, sehingga sangat
mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru bila gas terhirup. Amoniak
digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon dan asam nitrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar